Hidroponik Sistem Bercocok Tanam Ekonomis Sebagai Solusi Penyempitan Lahan Pertanian Di Indonesia
Oleh
Anis Rohmah
ABSTRAK: Hidroponik merupakan sistem bercocok tanam yang menggunakan media tanam berupa air. Hadirnya sistem bercocok tanam secara hidroponik merupakan salah satu inovasi dalam mengatasi penyempitan lahan pertanian di Indonesia sebab hidroponik tidak membutuhkan lahan yang luas sehingga cocok untuk diterapkan pada lahan sempit disekitar rumah. Dalam menerapkan sistem hidroponik di sekitar rumah, biaya yang dibutuhkan dapat lebih ekonomis karena saat ini banyak penemuan baru dibidang hidroponik baik dari pembuatan media tanam sampai pembuatan pupuk yang dapat menekan biaya produksi. Beberapa hal yang perlu diketahui saat akan memulai bercocok tanam secara hidroponik yang ekonomis adalah penyemaian, pembuatan media tanam, pembuatan pupuk, pengendalian penyakit dan proses pemanenan.
Kata kunci: hidroponik, lahan sempit, ekonomis
Indonesia merupakan negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang memiliki pertumbuhan jumlah penduduk sangat pesat. Pesatnya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan kebutuhan akan pangan perkapitanya cukup tinggi. Namun hal itu diikuti dengan banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi perumahan ataupun industri. menurut BPS (2016) dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2013) terjadi penyusutan lahan pertanian Indonesia 235.538 ha atau 23.553,8 ha per tahun.
Peningkatan kebutuhan pangan yang berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan pertanian mendorong perlunya inovasi di bidang pertanian, salah satunya adalah bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Teknik bercocok tanam dengan hidroponik yang tidak membutuhkan lahan yang luas sangat sesuai untuk diterapkan di perkotaan sebab pemukiman di perkotaan yang umumnya memiliki lahan pekarangan yang sempit dapat dimanfaatkan untuk sistem hidroponik. Selain tidak membutuhkan lahan yang luas untuk penanamannya, potensi pasarnya pun masih terbuka lebar. Sehubungan dengan itu, serambibisnis (2016) menjelaskan bahwa permintaan untuk sayuran hidroponik dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 20% pertahun.
Hidroponik sendiri merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik adalah jenis sayuran dan buah seperti, bayam, pakcoy, sawi, kangkung, tomat, cabai, paprika, melon, strawberry, jenis tanaman bunga, jenis tanaman obat untuk keluarga, dll (Tusi, 2016).
Dari uraian di atas, dalam upaya menerapkan hidroponik sistem bercocok tanam ekonomis sebagai solusi penyempitan lahan pertanian di indonesia, dalam uraian berikut ini, disajikan pembahasan tentang: (a) keungggulan teknik budidaya hidroponik, (b) teknik budidaya hidroponik ekonomis di lahan sempit, meliputi: persemaian, pembuatan media tanam, pembuatan pupuk, pengendalian penyakit, serta proses pemanenan.
Kelebihan Teknik Budidaya Hidroponik
Teknik bercocok tanam secara hidroponik memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan bercocok tanam konvensional seperti dapat diterapkan di lahan sempit, sayuran yang dihasilkan lebih sehat sebab tidak menggunakan pestisida sintetis, dan masih banyak lagi seperti yang diungkapkan Herwibowo dan Budiana (2014) bahwa sistem bercocok tanam hidroponik memiliki kelebihan bila dibandingkan bercocok tanam secara konvensional, berikut diantaranya:
Produksi tanaman per satuan luas lebih banyak.
Tanaman tumbuh lebih cepat.
Pemakaian pupuk lebih hemat.
Pemakaian air lebih efisien.
Tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit.
Lingkungan kerja lebih bersih.
Kontrol air, hara dan pH lebih teliti.
Masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi.
Dapat menanam di lokasi yang tidak memungkinkan/sulit ditanami, seperti di lingkungan tanah yang miskin hara dan berbatu atau di sekitar rumah.
Teknik Budidaya Hidroponik Ekonomis di Lahan Sempit, Meliputi :
Persemaian
Persemaian dan penanaman dapat dilakukan sekaligus di media tanam hidroponik. Namun, ada pula yang menyemaikan bibit terlebih dahulu di wadah terpisah (pot, tray, atau nampan) sebab memiliki banyak kelebihan daripada ditanam langsung pada media tanam.
Berikut ini langkah-langkah pembibitan menurut Abu dan Budiana (2015):
Siapkan wadah (pot, tray, kotak, atau nampan). Buat lubang di bagian dasar atau samping bawah wadah persemaian.
Masukkan bioball ke bagian dasar, lalu media tanam (kerikil, pasir malang, atau spon).
Buat lubang tanam dengan telunjuk tangan atau kayu.
Masukkan benih ke dalam lubang.
Tutupi lubang tanam dengan media tanam.
Cipratkan air ke atas media tanam.
Tutup dengan plastik untuk menjaga kelembapan media semai.
Pembuatan Media Tanam
Media untuk bercocok tanam secara hidroponik saat ini sudah beragam bentuk mulai dari yang sederhana seperti memanfaatkan botol bekas sampai yang rumit seperti bercocok tanam hidroponik di dalam green house. Menurut Herwibowo dan Budiana (2015) salah satu media yang cukup mudah diterapkan adalah media tanam portabel dimana selain harga pembuatan yang terjangkau, media ini juga relatif mudah sebab instalasi ini bersifat knockdown (dapat di bongkar pasang). Berikut pembuatan media tanam hidroponik portabel menurut Herwibowo dan Budiana (2015):
Alat dan Bahan yang dibutuhkan mudah diperoleh di toko, seperti: pipa PVC 3 inci, pipa PVC 1inci, keni, talang air, knee, selang plastik, ember bekas cat, pompa air dapat memanfaatkan pompa aquarium, media tanam (tray, netpot), penggaris, pensil, gergaji, dan cutter. Media tanam dapat dirakit sesuai keinginan baik bentuk maupun ukuran, berikut ini beberapa contoh media tanam hidroponik portabel :
Gambar Media hidroponik portabel
Pembuatan Pupuk
Nutrisi yang digunakan untuk tanaman hidroponik biasanya berupa pupuk ab mix namun untuk menekan biaya operasional saat ini pupuk untuk tanaman hidroponik dapat di buat sendiri, seperti menurut Herwibowo dan Budiana (2014) bahwa pupuk tersebut dapat di buat dengan memanfaatkan Bahan baku berupa limbah sayuran dan buah. Bahan itu diolah menjadi pupuk dalam waktu 3-4 hari. Untuk mendapatkan 1 liter pupuk cair , dibutuhkan bahan baku sebanyak 3 kg. Pupuk yang dihasilkan mengandung 16 unsur hara makro dan mikro, senyawa organik (berupa serat, karbohidrat, protein, lemak, asam amino, hormon tumbuh, dan vitamin), pH berkisar antara 5,8-6,8. Pupuk organik perlu ditambahakan 2 % pupuk NPK karena tidak memiliki kandungan NPK yang tinggi.
Pengendalian Penyakit
Menurut Herwibowo dan Budiana (2014), penyebaran penyakit akan sangat cepat sehingga diperlukan pengontrolan secara intensif, terutama di musim hujan. Jika ditemukan penyakit, sayuran segera dibuang agar tidak menjalar ke tanaman yang lain. Sedangkan air nutrisi harus diganti dengan yang baru, dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengendalian penyakit tanaman dilakukan secara manual atau tidak menggunakan pestisida sintesis sehingga kualitas sayuran yang didapatkan lebih sehat.
Pemanen
Tanaman dipanen sesuai dengan usia ideal masing-masing sayuran. Jika sayuran dipanen terlalu tua akan menjadi keras dan tidak enak dikonsumsi. Sebaliknya, jika dipanen muda maka kuantitas prosuksinya lebih sedikit karena berukuran kecil. Kriteria kualitas dan ukuran sayuran yang baik menurut Abu dan Budiana (2015) antara lain: tampilan bagus, tidak rusak bekas hama/penyakit, tidak ada kerusakan teknis, ukuran seragam, segar, dan warna cerah. Selain itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan saat panen sayuran menurut Abu dan Budiana (2015) antara lain:
Panen sebaiknya dilakukan saat pagi hari karena turgor sel masih tinggi sehingga sayuran akan terasa lebih segar.
Sortasi. Hasil panen dikumpulkan, lalu diseleksi dengan kriteria: sayuran dikumpulkan di keranjang lalu pilih yang bagus dan ikat sesuai ukuran, tomat berukuran seragam dengan tingkat kematangan ¾, hasil panen yang tidak sesuai kriteria (bengkok, cacat, berukuran terlalu besar, dan belang) segera diapkir.
PENUTUP
Hidroponik merupakan inovasi bercocok tanam mengunakan media air sebagai solusi penyempitan lahan pertanian di Indonesia. Sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat diterapkan pada lahan sempit sekitar rumah sebab tidak membutuhkan lahan yang luas selain itu tidak membutuhkan perawatan yang rumit, untuk menerapkannya pada lahan di sekitar rumah tidak membutuhkan biaya yang mahal karena saat ini baik media tanam maupun pupuk dapat dibuat sendiri dirumah.
Hidroponik yang memiliki berbagai keunggulan bila dibandingkan bercocok tanam di tanah hendaknya mendapat lebih diperhatikan oleh masyarakat sebab selain tidak membutuhkan biaya operasional yang mahal hidroponik juga tidak membutuhkan perawatan yang rumit serta tidak membutuhkan lahan yang luas sehingga cocok untuk diterapkan pada lahan-lahan sempit disekitar rumah yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengurangi anggaran belanja maupun menambah penghasilan, terlebih lagi sayuran yang dihasilkan terbebas dari pestisida sintetis yang pastinya sehat apabila dikonsumsi.
DAFTAR RUJUKAN
Abu, S.F. dan Budiana N.S. 2015. Akuoponik Panen Sayur Bonus Ikan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2016. Luas Lahan Sawah Menurut Provinsi (ha),
2003–2013. Jakarta
Herwibowo, K. dan Budiana N.S. 2014. Hidroponik Sayuran Untuk Hobi
dan Bisnis. Jakarta: Penebar Swadaya
Herwibowo, K. dan Budiana N.S. 2015. Hidroponik Portabel. Jakarta: Penebar Swadaya
Serambibisnis. 2016. Peluang Bisnis Tanaman Hidroponik, Keuntungannya
Semakin Ciamik, (Online), (
Tidak ada komentar:
Posting Komentar