Alih fungsi lahan dan pertanian intensif akan mengakibatkan degradasi tanah menjadi lebih cepat, beberapa hal yang dapat menjadi indikator yang ada dilapang menurut Atmojo (2006) adalah penurunan kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap kemunduran produktivitas tanah atau meluasnya lahan kritis selain itu adanya pendangkalan saluran air dan sungai yang berakibat terjadinya banjir dimusim penghujan, dan terjadi kekeringan di musim kemarau. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan Misalnya lahan didaerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan. Apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Erosi tanah oleh air di Indonesia (daerah tropis), merupakan bentuk degradasi lahan yang sangat dominan. Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Akibat degradasi oleh erosi ini dapat dirasakan dengan semakin meluasnya lahan kritis. Kerusakan yang disebabkan erosi tidak hanya dirasakan dibagian hulu (on site) saja, akan tetapi juga berpengaruh dibagian hilir (off site) dari suatu DAS. Kerusakan di hulu menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan berpengaruh terhadap kemunduran produktivitas tanah atau meluasnya lahan kritis. Dibagian hilir kerusakan diakibatkan oleh sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran air dan sungai dan berakibat terjadinya banjir dimusim penghujan, dan terjadi kekeringan di musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan
Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA, Vol. XII (2) : 72 – 14
Sudjana. 2013. Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kesehatan Tanah Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Unsika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar