Rabu, 03 Mei 2017

sistem tanam SRI dan Jajar Legowo

PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN
“SITEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN SRI”



Hasil gambar untuk logo fp ub





Oleh :

Nama          : Anis Rohmah
NIM            : 165040101111054
Kelas          : X
Prodi           : Agribisnis
Asisten        : Fajar Maulana



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017


1.    Sistem Tanam SRI
1.1 Pengenalan sistem tanam SRI
System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin dalam Sanjaya dkk, 2013). Sedangkan menurut Nursinah dan Taryadi (2009) SRI adalah budidaya tanaman padi yang dilakukan secara intensif dan efisien dengan proses menejemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Budidaya padi dengan pola SRI merupakan budidaya yang hemat air, benih, pupuk organik, sedikit penyiangan, dengan demikian juga akan menghemat biaya. Melalui sistem SRI, tanaman akan mendapatkan perlakuan, yang baik, sehingga tanaman bukan hanya bertumbuh produktif tetapi juga memiliki kualitas.
Menurut Nursinah dan Taryadi (2009) sistem tanam SRI mengupayakan kondisi tanah dalam keadaan basah, dan tidak usah digenangi air.  Berdasarkan hasil praktek SRI, ternyata tanaman padi sawah bukan tanaman air, tetapi dalam pertumbuhannya padi membutuhkan air dengan demikian melalui SRI disarankan padi ditanam pada kondisi tanah yang basah. Tujuan dari tanah yang tidak digenangi air adalah agar pupuk organik lebih cepat diserap oleh tanah dan juga untuk menyediakan kadar oksigen lebih banyak di dalam tanah. Disamping itu tanah yang digenangi air setelah diberi pupuk menyebabkan pupuk yang seharusnya berfungsi sebagai nutrisi bagi tanah banyak yang larut dan ada yang hanyut terbawa air, tidak hanya itu, genangan air tenyata membuat tanah mengalami oksidasi yang bisa menimbulkan zat berbahaya.   Hal kedua yang perlu diperhatikan afalah pengaturan jarak dan jumlah bibit pada satu lubang tanam, apabila pada pertanian konvensional untuk satu lubang tanam diletakkan 3-5 bibit maka pada SRI hanya menggunakan satu butir benih setiap lubang tanam. Sedangkan untuk pengaturan jarak antar lubang bisa mencapai 30 x 30 cm, semakin jauh jarak antar lubang maka akan semakin baik, karena persediaan oksigen akan semakin banyak.




1.2     Keuntungan dari sistem bertani padi organik cara SRI 
Keuntungan dari sistem SRI bila dibandingkan cara biasa menurut Nursinah dan Taryadi (2009), sebagai berikut:
a.        Lebih hemat air, karena tanah tidak lagi digenagi air. Hal  ini sangat membantu bagi petani di daerah yang lahannya kekurangan air.  
b.      Lebih hemat benih, karena dari kebutuhan benih yang tadinya setiap lubang tanam bisa 3-5 bibit maka pada cara SRI yang hanya 1 untuk satu lubang tanam akan menghemat benih sekitar 17 kg/hektar. 
c.       Lebih hemat pupuk organik. Bila pada bertani organik biasa pupuk akan mengalami penyusutan sehingga diperlukan  pupuk susulan yang banyak. Pada cara SRI pupuk akan lebih mudah diserap oleh tanah dan kebutuhannya tidak terlalu banyak. 
d.      Tidak terlalu sering melakukan penyiangan.
1.3     Hambatan Penerapan Cara Bertani SRI
Adapun hambatan-hambatan saat menerapkan SRI menurut Nursinah dan Taryadi (2009), sebagai berikut :
a.     Pada saat musim hujan, benih-benih yang sudah ditanam umumnya masih sangat rentan dan bila terjadi hujan lebat benih-benih tersebut di- khawatirkan akan hanyut.
b.    Kendala lain diluar kendala teknis adalah kondisi kemampuan dan pemahaman petani yang kurang adaptif terhadap inovasi baru.



2.    Sistem Tanam Jajar Legowo
2.1      Pengenalan Sistem Tanam Jajar Legowo
Menurut Suhendra (dalam Sanjaya dkk, 2013), sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga tidak terjadi pemadatan rumpun di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Penerapan jajar legowo bertujuan untuk membuat jarak tanam padi menjadi lebih lebar di beberapa bagian, dengan jarak tanam yang lebar maka sinar matahari yang ditangkap oleh tanaman akan menjadi lebih banyak. Menurut Mujisihono et al. dalam Yunizar et al. (dalam Ikhwani dkk, 2013) Sistem tanam jajar legowo menjadikan semua tanaman atau lebih banyak menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari lebih banyak, sirkulasi udara yang lebih baik, dan tanaman akan memperoleh unsur hara yang lebih banyak dibandingkan dengan cara tanam tegel. Populasi yang lebih tinggi pada sistem tanam jajar legowo memberi peluang untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Selain itu, Adanya lorong kosong pada sistem jajar legowo mempermudah pemeliharaan tanaman, seperti pengendalian gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
2.2  Manfaat Sistem Jarwo Bagi tanaman
Menurut Ikhwani dkk (2013) jarak tanam dan orientasi tanaman di lapang mempengaruhi enam proses penting, sebagai berikut :
a.       penangkapan radiasi surya oleh tanaman untuk fotosintesis
b.      penyerapan hara oleh akar
c.       kebutuhan air tanaman
d.      sirkulasi CO2 dan O2 hasil fotosintesis
e.       ketersediaan ruang yang menentukan populasi gulma
f.        iklim mikro di bawah kanopi, yang berpengaruh terhadap perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Selain itu menurut Hasil penelitian jarak tanam di Indonesia dilaporkan oleh Pratiwi dkk (dalam Ikhwani dkk, 2013) menyimpulkan bahwa Jarak tanam lebar memberi peluang varietas tanaman mengekspresikan potensi pertumbuhannya.Semakin rapat populasi tanaman, semakin sedikit jumlah anakan dan jumlah panjang malai per rumpunnya. Pada populasi rendah (jarak tanam lebar), keragaan rumpun padi besar, namun per luasannya hasil dan komponen hasilnya lebih rendah dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat.
1.3 Kelemahan Sistem Tanam Jarwo
Selain memiliki beberapa manfaat, sistem tanam jajar legowo juga memiliki beberapa kelemahan menurut Ikhwani dkk (2013) yaitu:
a.       Membutuhkan tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama.
b.      Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi.
c.       Biasanya pada bagian lahan yang kosong di antara barisan tanaman akan lebih banyak ditumbuhi rumput




DAFTAR PUSTAKA
Ikhwani. Pratiwi, Gagad Restu. Paturrohman, Eman dan Makarim, A.K. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 8 (2) : 72-79
Nursinah, Zunaini dan Taryadi. 2009.  Penerapan Sri  (System Of Rice Intensification) Sebagai Alternatif Budidaya Padi Organik. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 1 (1)
Sanjaya, I Putu. Tika, I Wayan. Sumiyati. 2013. Pengaruh Teknik Budidaya Sri (System Of Rice Intensification)  Dan Legowo Terhadap Iklim Mikro Dan Produktivitas Padi Ketan (Studi Kasus Di Subak Sigaran). Fakultas Teknologi Pertanian UNUD. Bali


Rabu, 05 April 2017

PENGOLAHAN TERMAL "Pemanggangan"

REVIEW MATERI PENGOLAHAN TERMAL

“PEMANGGANGAN”



 Hasil gambar untuk logo fp ub
  




Oleh :

Nama                   : Anis Rohmah
NIM                      : 165040101111054
Kelas                    : E
Dosen Pengampu : Indria P, STP, Msi




PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1.      Prinsip Pemanggangan

Pemanggangan merupakan proses pengolahan pangan yang digunakan untuk mengubah mutu bahan pangan dengan cara mengurangi kadar air yang ada dalam bahan pangan, menggunakan udara panas sebagai media panas (Safardan, 2012). 
Pada pemanggangan di dalam oven terdapat 3 proses perpindahan panas, yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi. Proses konveksi terjadi pada saat udara panas bersentuhan dengan bahan pangan yang dipanggang tanpa medium perantara (hanya melalui udara). Proses konduksi terjadi pada saat pindah panas ke bahan melalui medium penghantar dalam hal ini adalah logam dari loyang. Proses radiasi terjasdi saat adanya pantulan panas dari sekeliling dinding pada oven listrik tersebut yang berasal dari sumber panas dalam oven (Safardan, 2012). 
Semakin kecil ketebalan suatu bahan maka semakin cepat proses pemanggangan hal ini disebabkan karena perbedaan suhu,kadar air,karakteristik,dan dimensi bahan tersebut. Prinsip dari proses pemanggangan adalah pindah panas (konveksi, konduksi, dan radiasi) dan pindah massa (kandungan air pada bahan berpindah ke udara, yang akan menyebabkan perubahan massa bahan) (Safardan, 2012).

2.      Tujuan Pemanggangan

Menurut Fellows (dalam Rakhmah, 2012) Tujuan dari proses pemanggangan yaitu
a.       Untuk meningkatkan sifat sensori dan memperbaiki palatabilitas dari bahan pangan. 
b.      Pemanggangan juga dapat menghancurkan enzim dan mikroorganisme serta menurunkan aktivitas air (aw) sehingga dapat mengawetkan makanan.

3.      Pemanggangan Pada Roti

Menurut Rahmi dan Matz (dalam Rakhmah, 2012) Suhu pemanggangan sangat mempengaruhi tingkat kematangan produk yang dihasilkan. Suhu pemanggangan juga mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh adonan yang menjadi produk sesuai yang diinginkan, Suhu dan waktu pemanggangan di dalam oven tergantung pada jenis oven dan jenis produk. Makin sedikit kandungan gula dan lemak, suhu pemanggangan dapat lebih tinggi. Kemudian menurut Suryo (dalam Rakhmah, 2012) Suhu pembakaran untuk setiap jenis cake maupun roti berbeda-beda tergantung formula, ukuran dan jumlah cake maupun roti yang akan dibakar, ukuran loyang dan kadar air adonan. Formula cake maupun roti yang banyak mengandung gula, lemak dan telur, suhu yang digunakan untuk pembakaran semakin rendah (< 177°C). Hal ini bertujuan untuk memperlambat pembentukan kerak sehingga tidak menghambat perambatan panas ke dalam kue dan kue matang secara menyeluruh.
Menurut Koswara (2009) suhu dan waktu Roti dipanggang di oven adalah pada suhu 150°C selama ± 11 menit sampai warna roti kuning kecoklatan (tergantung jenis roti dan ketebalan roti). Beberapa menit pertama setelah adonan masuk oven, terjadi peningkatan volume adonan cepat.   Pada saat ini enzim amilase menjadi lebih aktif dan terjadi perubahan pati menjadi dekstrin adonan menjadi lebih cair sedangkan produksi gas karbondioksida meningkat. Pada suhu sekitar 50-60 °C, aktivitas metabolisme khamir meningkat, sampai terjadi perusakan khamir karena panas berlebihan.  Pada saat suhu mencapai sekitar 76 °C, alkohol dibebaskan serta menyebabkan peningkatan tekanan dalam gelembung udara.  Sejalan dengan terjadinya gelatinisasi pati, struktur gluten mengalami kerusakan karena penarikan air oleh pati.  Di atas suhu 76 °C terjadi penggumpalan gluten  yang memberikan struktur crumb.  Pada akhir pembakaran , terjadi pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust terjadi sebagai hasil reaksi maillard dan karamelisasi gula. 
Penggunaan Suhu Yang tidak sesuai saat proses pemanggan dapat menurunkan kualitas produk yaitu, suhu terlalu rendah: air berkurang banyak dan volume meningkat, akibatnya crumb menjadi lemah dan kering sedangkan apabila suhu terlalu tinggi: kualitas cake jelek karena crumb tidak matang, volume kecil, crumb tidak beraturan (Rakhmah, 2012).

4.      Metode Pemanggangan Pada Roti

Pada pemanggan peralatan yang digunakan adalah oven (Safardan, 2012). Oven untuk pemanggangan terdiri dari beberapa jenis, meliputi : statis oven, tunnel oven, dan blower oven. Oven tunnel biasanya digunakan pada industri besar dimana produk yang dipanggang berjalan pada mesin (dioperasikan dengan komputer). Untuk statis oven biasnya digunakan pada skala rumah tangga, sumber panas berasal dari api kompor ataupun listrik. Sedangkan oven blower, panas untuk pemanggangan berasal dari udara panas yang dihembuskan ke produk.
Untuk oven yang digunakan untuk memangggang produk roti bisa menggunakan ketiga jenis oven tersebut tersebut tergantung skala produksi, apabila produk yang diproduksi berskala besar seperti industry maka oven yang digunakan adalah oven tunnel, sedangkan untuk skala rumah tangga umumnya menggunakan oven jenis statis. Ketiga oven terebut dapat digunakan untuk memanggang produk roti sebab ketiga jenis oven tersebut dapat disesuaikan suhu pemanggangannya (Safardan, 2012).

5. Perubahan Mutu Roti Akibat Pemanggangan Perubahan mutu roti akibat pemanggangan  meliputi :
a.       pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust terjadi sebagai hasil reaksi maillard dan karamelisasi gula (Koswara, 2009).
b.      perubahan pada kulit maupun pada remah ku/roti  yaitu terjadi reaksi pencoklatan akibat peristiwa karamelisasi dan terbentuknya ikatan antara gula dan protein. Selain itu juga terjadi dekomposisi pati oleh panas dan pembentukan dekstrin. Reaksi-reaksi itu menghasilkan komponen flavor dan rasa (Pomeranz dan Shellenberger, dalam Rakhmah, 2012).   
c.       Menurut Haris dalam (SITORESMI, 2012)pengolahan pangan menggunakan suhu tinggi termasuk pemanggangan memberikan pengaruh yang menguntungkan dan merugikan. Keuntungan pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat meningkatkan daya cerna pada makanan sedangkan kerugian yang disebabkan oleh panas dapat mendegradasi zat gizi. Pengolahan panas mungkin dapat memperpanjang dan menaikkan ketersediaan bahan pangan untuk konsumen, tetapi bahan pangan tersebut mungkin mempunyai kadar gizi lebih rendah dibanding dengan keadaan segarnya.  
             

Daftar Pustaka

 

Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Roti . Seri Teknologi Pangan
Populer (Teori dan Praktek): Ebookpangan.Com ,2009.

RAKHMAH, YAUMIL. 2012. Studi Pembuatan Bolu Gulung Dari Tepung Ubi
Jalar (Ipomoea Batatas L) . Makassar : Universitas Hasanuddin Makassar, 2012.

Safardan, Eddy Fadillah. 2012. Pemanggangan Dan Penggorengan. Bogor : Institut
Pertanian Bogor, 2012.

Sitoresmi, Mega Ayu Kadesti. 2012. Pengaruh Lama Pemanggangan Dan Ukuran
Tebal Tempe Terhadap Komposisi Proksimat Tempe Kedelai . Surakarta :

Universitas Muhammadiyah Surakarta , 2012. 

Rabu, 29 Maret 2017

Berbagai Peranan Serangga Pada Agroekosistem Sawah

Serangga yang ada di sawah memiliki perananan masing-masing diantaranya :

1.      Serangga Herbivor
Serangga herbivor di ekosistem sawah dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman padi. Sebab sebagian besar serangga herbivor adalah serangga hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman padi.
2.      Serangga Predator
Serangga predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh serangga herbivor. Sehingga serangga predator merupakan serangga yang menguntungkan bagi petani. Serangga predator berfungsi sebagai  musuh alami serangga hama serta meningkatkan keanekaragaman tanaman. Atau dengan kata lain keberadaan serangga predator dapat mengurangi resiko serangan hama pada ekosistem sawah serta meningkatkan stabilitas ekosistem.
3.      Serangga Parasitoid
Serangga parasitoid merupakan serangga yang larvanya hidup dalam jaringan tubuh serangga lainnya.  Serangga parasitoid berfungsi sebagai  musuh alami serangga hama serta meningkatkan keanekaragaman tanaman. Atau dengan kata lain keberadaan serangga parasitoid dapat mengurangi resiko serangan hama pada ekosistem sawah serta meningkatkan stabilitas ekosistem.
4.      Serangga Detritifor
serangga detritivor merupakan serangga  yang berkontribusi dalam peruraian material organik di ekosistem sawah.
 Macam-macam serangga yang ditemukan dalam ekosistem sawah daerah Pedalangan Tembalang :
Peranan 
Ordo 
Famili 
Herbivor 
 
Diptera 
Chloropidae 
Cecidomyiidae 
Homoptera 
Delphacidae 
Psyllidae 

Lepidoptera 
Pyralidae 
Noctuidae 

Hemiptera 
Pentatomidea 

Hymenoptera 
Formicidae 

Orthoptera 
Gryllotalpidae 
Predator 




Coleoptera 
Carabidae 
Diptera 
Cicindelidae 
Hemiptera 
Staphylinidae 
Asilidae 
Ceratopogonidae 
Muscidae 
Veliidae 
Hymenoptera 
Formicidae 
Orthoptera 
Gryllidae 
Parasitoid 
Hymenoptera 
Drynidae 
Ichneumonidae 
Trichogrammatidae 
Detritivor 
Blattaria 
Blatidae 

Daftar Pustaka
Hadi, Mochamad dan Aminah. 2012. Keragaman Serangga dan Perannya di Ekosistem
Sawah (Insect Diversity and its Role in Wetland Ecosystems). Jurnal Sains dan

Matematika, 20 (3): 54-57 

Rabu, 22 Maret 2017

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA--PROSGRAD (PROGRAM SORTIR GRADING) PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS BUDAYA





PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA



Hasil gambar untuk logo fp ub


PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


PROSGRAD (PROGRAM SORTIR GRADING)
PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS BUDAYA


Bidang Kegiatan :
PKM PENGABDIAN MASYARAKAT


Diusulkan Oleh:

Anis Rohmah        (165040101111054)-Angkatan 2016



UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016



PENGESAHAN PKM-PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1.      Judul Kegiatan                                    : PROSGRAD (Program Sortir Grading)
  Pemberdayaan Petani Berbasis Budaya

2.      Bidang Kegiatan                                 : PKM-M
3.      Ketua Pelaksana Kegiatan
a.       Nama Lengkap                              :  Anis Rohmah
b.      NIM                                              : 165040101111054
c.       Jurusan                                          : Sosial Ekonomi Pertanian
d.      Universitas                                    : Brawijaya
e.       Alamat Rumah dan No HP           : Ngembal Wajak-Malang/085102335934
f.        Alamat email                                 : anisrohmah8@gmail.com
4.      Anggota Pelaksana Kegiatan              :
5.      Dosen Pembimbing                             :
6.      Biaya Kegiatan Total                         
a.       Dikti                                              :
b.      Sumber Lain                                 :
7.      Jangka Waktu Pelaksanaan              :
Malang, 2 September 2016
Menyetujui
Wakil/Pembantu Dekan/                                                            Ketua Pelaksana Kegiatan
Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa


(                                                           )                                              (Anis Rohmah)
NIP/NIK.                                                                                            NIM. 165040101111054
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan                                            Dosen Pendamping



(                                                           )                                          (                             )
NIP/NIK.                                                                                       NIDN.
RINGKASAN
keberadaan tengkulak sebagai pendistribusi hasil panen dari petani di Indonesia kurang efektif untuk menambah keuntungan para petani. Walaupun keberadaan tengkulak merupakan hal yang sangat penting sebab selama ini para petani di Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil panennya, Sehingga keberadaan para tengkulak sangatlah penitng bagi para petani dan kini tengkulak sudah menjadi kebudayaan yang mengakar dalam masyarakat hingga saat ini.
Sebagai contoh para petani di Kecamatan Wajak menjual hasil panennya kepada tengkulak, kemudian tengkulak-tengkulak itu menjual dagangannya ke Pasar Induk Gadang. Sedangkan para pedagang sayur yang ada di Kecamatan Wajak mendapatkan dagangannya juga dari Pasar Induk Gadang, hal itu merupakan hal yang tidak efektif karena dengan membeli barang dagangan dari Pasar Induk itu memiliki banyak kerugian, diantaranya :
1.      Sayur-sayur yang ada di Pasar Induk Gadang memiliki harga yang lebih mahal dari harga sayur yang ada di petani.
2.      Sayur-sayur yang ada di Pasar Induk Gadang kuang segar bila di bandingkan sayuran yang di beli dari petani.
Selain  para pedagang, Petani pun juga mengalami beberapa kerugian jika menjual hasil dagangannya langsung kepada para tengkulak tanpa dilakukan sortir dan grading terlebih dulu. Oleh sebab itu dengan melihat fakta-fakta yang ada, melimpahnya hasil sayuran yang ada di Kecamatan Wajak haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin, yakni dengan melakukan sortir dan grading sehingga dengan adanya program ini dapat meningkatkan keuntungan petani dan pedagang namun tidak menghilangkan budaya yang sudah mengakar di masyarakat, yakni tengkulak. Karena hasil dari sortir dan grading ini tidak seluruhnya di jual kepada pedagang langsung namun kita tetap bisa melibatkan tengkulak juga.
      Dengan adanya program sortir dan grading ini di harapkan dapat meningkatkan penghsilan bagi para petani sayuran yang ada di Indonesia sehingga para petani tidak hanya mengandalkan keberadaan para tengkulak. Namun, adanya program ini tidak akan menghilangkan keberadaan tengkulak yang kini telah menjadi budaya yang mengakar di masyarakat.


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Di Indonesia kita dapat membudidayakan tanaman sayur-sayuran sepanjang tahun karena tanah Indonesia yang cukup subur serta iklim yang mendukung pertumbuhannya. Oleh sebab itu selain menanam padi sebagai komoditas sebagian besar petani di Indonesia juga menjadikan budidaya sayuran sebagai komoditas utamanya. Namun pada kenyataannya keuntungan yang diperoleh petani dari hasil menjual produk pertaniannnya tidak seberapa padahal harga sayuran yang ada di pasaran termasuk mahal. Hal itu dikarenakan para petani umumnya langsung menjual hasil produknya kepada tengkulak . Tengkulak merupakan pedagang yang berkembang secara tradisional di Indonesia dalam membeli komoditas dari petani, dengan cara berperan sebagai pengumpul (gatherer), pembeli (buyer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor  secara sekaligus. Pada umumnya petani menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan harga murah namun setelah ada di pasar sayur tersebut menjadi jauh lebih mahal daripada harga jual dari petani, padahal kualitas sayur dari petani tidak kalah dengan kualitas sayuran yang di jual di supermarket hanya saja sayuran yang di dapat tidak disortir dengan baik, sehingga keuntungan yang diperoleh petani sangatlah minim.
keberadaan tengkulak sebagai pendistribusi hasil panen dari petani di Indonesia kurang efektif untuk menambah keuntungan para petani. Walaupun keberadaan tengkulak merupakan hal yang sangat penting sebab selama ini para petani di Indonesia tidak memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil panennya, Sehingga keberadaan para tengkulak sangatlah penitng bagi para petani dan kini tengkulak sudah menjadi kebudayaan yang mengakar dalam masyarakat hingga saat ini.
 Masalah itu dapat di atasi dengan menerapkan metode sortir dan greding. Sortasi merupakan bagian kegiatan pasca panen yang dilakukan dengan tujuan memisahkan hasil (pasca) panen yang baik dan yang jelek. Sortasi merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasatkan sifat fisiknya. Sortasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memisarkan produk berdasarkan tingkat keutuhan atau kerusakan produk, baik karena cacat karena mekanis ataupun cacat karena bekas serangan hama atau penyakit. Pada kegiatan sortasi, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan atau kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka oleh faktor mekanis. Sortasi selain dilakukan secara manual dapat pula dengan mesin. Grading adalah mengelompokkan produk (sayuran, biji-bijian dan buah) berdasarkan ukuran (besar, kecil dan sedang) serta tingkat kemasakan (kematangan). Grading yang dilakukan pada saat pasca panen, bertujuan untuk memisahkan hasil panen berdasarkan ukuran. Grading-pun bisa dilakukan bersamaan dengan penyortiran atau dilakukan secara terpisah. Jadi Grading merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan mutu produk Grading juga merupakan pemisahan bahan pangan kedalam beberapa katagori berdasarkan mutu. Standard grade bahan meliputi tiga hal atau parameter yaitu: Nama komoditas, Kelas grade mutu dan Atribut yang digunakan dalam penetapan standard grade, seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas dari kerusakan seperti: busuk, penyakit, rusak akibat benturan fisik, aroma dan cita rasa, fungsi, bebas dari kontaminan, bebas dari bagian yang tidak perlu sesuai standar/kode. Grading dalam posesnya bila dilakukan dengan alat bantu grading, akan memberikan hasil yang akurat. Alat bantu itu seperti: alat pengukur warna atau ukuran (diameter).
Sayur yang sudah mendapat perlakuan sortir dan greding dapat dikelompokkan kedalam grade 1 dan grade 2. Untuk grade 1 sayuran dapat dikemas menjadi lebih  menarik sehingga dapat meningkatkan nilai jual dari sayuran tersebut, sayur itu dapat di jual langsung pada konsumen pada event-event tertentu seperti car free day atau dapat di jual langsung ke supermarket. Sedangkan untuk sayuran yang bergrade 2 dapat dijual langsung pada tengkulak sehingga tidak ada hasil panen yang terbuang sia-sia serta tidak menghilangkan budaya yang mengakar dalam masyarakat, yakni pemberdayaan tengkulak.
1.2   Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menerapkan grading dan sortir pada sayuran hasil panen petani tanpa
          menghilangkan budaya yang mengakar dalam masyarakat  ?
2. Bagaimana cara memasarkan hasil produk pertanian yang telah melalui proses sortir  
    dan grading ?
1.3   Tujuan
1.      Mengetahui cara menerapkan grading dan sortir pada sayuran hasil panen petani tanpa menghilangkan budaya yang mengakar dalam masyarakat.
2.      Mengetahui cara memasarkan hasil produk pertanian yang telah melalui proses sortir dan grading.


1.4.  Luaran dan Manfaat yang Diharapkan
            Penerapan proses sortir dan grading pada hasil panen petani sayur diharapkan dapat menambah keuntungan petani dimana biasanya petani mendapatkan keuntungan minim karena menjual hasil panennya langsung kepada tengkulak namun dengan adanya metode ini diharapkan tidak menghilangkan budaya yang mengakar pada masyarakat.

BAB 2  GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
          Kecamatan Wajak adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang yang terletak di sebelah tenggara Kota Malang, terletak sekitar 35 km dari Kota Malang. Secara Geografis, Wajak terletak di kaki gunung Semeru sebelah barat. Di Kecamatan Wajak terdapat sungai yang mengalir mulai dari kaki gunung Semeru yaitu Kali Lesti, yang ujungnya bermuara di pantai selatan. Kecamatan Wajak merupakan daerah dataran rendah yang subur. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang dan petani. Para petani di Kecamatan Wajak mayoritas menanam tanaman sayuran, mulai dari kubis, cabai, sawi, terong, dll.
            Sebagian petani di Kecamatan Wajak menjual hasil panennya kepada tengkulak, kemudian tengkulak-tengkulak itu menjual dagangannya ke Pasar Induk Gadang. Sedangkan para pedagang sayur yang ada di Kecamatan Wajak mendapatkan dagangannya juga dari Pasar Induk Gadang, hal itu merupakan hal yang tidak efektif karena dengan membeli barang dagangan dari Pasar Induk itu memiliki banyak kerugian, diantaranya :
3.      Sayur-sayur yang ada di Pasar Induk Gadang memiliki harga yang lebih mahal dari harga sayur yang ada di petani.
4.      Sayur-sayur yang ada di Pasar Induk Gadang kuang segar bila di bandingkan sayuran yang di beli dari petani.
Selain  para pedagang, Petani pun juga mengalami beberapa kerugian jika menjual hasil dagangannya langsung kepada para tengkulak tanpa dilakukan sortir dan grading terlebih dulu. Oleh sebab itu dengan melihat fakta-fakta yang ada, melimpahnya hasil sayuran yang ada di Kecamatan Wajak haruslah dimanfaatkan semaksimal mungkin, yakni dengan melakukan sortir dan grading sehingga dengan adanya program ini dapat meningkatkan keuntungan petani dan pedagang namun tidak menghilangkan budaya yang sudah mengakar di masyarakat, yakni tengkulak. Karena hasil dari sortir dan grading ini tidak seluruhnya di jual kepada pedagang langsung namun kita tetap bisa melibatkan tengkulak juga.




BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Sosialisasi
            Sebelum dilakukannya kegiatan soialisasi merupakan kegiatan yang wajib untuk dilaksanakan, dalam sosialisasi ini akan di sampaikan  latar belakang, tujuan, serta manfaat dari dilaksanakannya program ini. Dengan adanya sosialisai program di harapkan masyarakat yang ada di Kecamatan Wajak terutama para petani dapat turut andil dalam program yang akan dilaksanakan. Atau dengan kata lain Petani dapat memiliki peranan yang besar dalam program Sortir dan Grading yang akan dilaksanakan.
3.2 Proses Sortir dan Grading
Sortasi merupakan bagian kegiatan pasca panen yang dilakukan dengan tujuan memisahkan hasil (pasca) panen yang baik dan yang jelek. Sortasi merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasrtkan sifat fisiknya. Sortasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memisahkan produk berdasarkan tingkat keutuhan atau kerusakan produk, baik karena cacat karena mekanis ataupun cacat karena bekas serangan hama atau penyakit. Pada kegiatan sortasi, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan pada kebersihan produk, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan atau kerusakan oleh penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka oleh faktor mekanis. Sortasi selain dilakukan secara manual dapat pula dengan mesin.
 Grading adalah mengelompokkan produk (sayuran, biji-bijian dan buah) berdasarkan ukuran (besar, kecil dan sedang) serta tingkat kemasakan (kematangan). Grading yang dilakukan pada saat pasca panen, bertujuan untuk memisahkan hasil panen berdasarkan ukuran. Grading-pun bisa dilakukan bersamaan dengan penyortiran atau dilakukan secara terpisah. Jadi Grading merupakan proses pengklasifikasian bahan berdasarkan mutu produk Grading juga merupakan pemisahan bahan pangan kedalam beberapa katagori berdasarkan mutu. Standard grade bahan meliputi tiga hal atau parameter yaitu: Nama komoditas, Kelas grade mutu dan Atribut yang digunakan dalam penetapan standard grade, seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas dari kerusakan seperti: busuk, penyakit, rusak akibat benturan fisik, aroma dan cita rasa, fungsi, bebas dari kontaminan, bebas dari bagian yang tidak perlu sesuai standar/kode. Grading dalam posesnya bila dilakukan dengan alat bantu grading, akan memberikan hasil yang akurat. Alat bantu itu seperti: alat pengukur warna atau ukuran (diameter).
Sayur yang sudah mendapat perlakuan sortir dan greding dapat dikelompokkan kedalam grade 1 dan grade 2. Untuk grade 1 sayuran dapat dikemas menjadi lebih  menarik sehingga dapat meningkatkan nilai jual dari sayuran tersebut, sayur itu dapat di jual langsung pada konsumen pada event-event tertentu seperti car free day atau dapat di jual langsung ke supermarket. Sedangkan untuk sayuran yang bergrade 2 dapat dijual langsung pada tengkulak sehingga tidak ada hasil panen yang terbuang sia-sia serta tidak menghilangkan budaya yang mengakar dalam masyarakat, yakni pemberdayaan tengkulak.
3.3 Monitoring
            Monitoring ini melibatkan penyuluh pertanian dibantu dengan mahasiswa. Parameter yang harus di monitoring antara lain meliputi kegiatan petanni mulai dari awal penanaman hingga pelaksanaan program sortir dan grading. Monitoring dalam kegiatan bercocok tanam sangatlah penting untuk menjaga kualitas produk yang akan dihasilkan agar nantinya produk yang dihasilkan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi para petani. Selain itu kegiatan monitoring ini bermanfaat saat ada kegiatan yang di rasa kurang tepat ataupun kurang efektif selama program sortir dan grading ini berlangsung sehingga kita dapat melakukan evaluasi pada program sortir dan grading untuk kedepannnya,


















BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Ringkasan Rincian Biaya
NO
JENIS PENGELUARAN
BIAYA
1
Peralatan penunjang
Rp. 4.575.000
2
Bahan habis pakai
Rp. 575.000
3
Transportasi
Rp. 475.000
4
Lain-lain
Rp. 475.000
Jumlah
Rp. 6.100.000

4.2 Jadwal Kegiatan
Jenis Kegiatan
Bulan , Minggu ke-
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Persiapan (formal dan informal)
v
v
v
v




















Sosialisi dan pembentukan kelompok




v



















Proses sortir dan grading






v

















Pemasaran






v

















Evaluasi












v

























LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN BIODATA
A.  Identitas Diri
1
Nama Lengkap
Anis Rohmah
2
Jenis Kelamin
Perempuan
3
Program Studi
Agribisnis
4
NIM
165040101111054
5
Tempat dan Tanggal Lahir
Malang, 10 Januari 1998
6
E-mail
7
Nomor Telp/HP

B.  Riwayat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Nama Institusi
SDN Ngembal
SMPN 1 Wajak
SMAN 1 Kepanjen
Jurusan
Umum
Umum
MIA
Tahun Masuk Lulus
2004-2010
2010-2013
2013-2016

C.  Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
1
2
3

D.  Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (Dari Pemerintah, Asosiasi, atau Institusi Lainnya
No
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberian Penghargaan
Tahun
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengbdian Masyarakat.

Malang, 27 September 2016


(Anis Rohmah)