PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN
“SITEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN SRI”
Oleh :
Nama :
Anis Rohmah
NIM : 165040101111054
Kelas : X
Prodi : Agribisnis
Asisten : Fajar Maulana
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1.
Sistem
Tanam SRI
1.1
Pengenalan sistem tanam SRI
System
of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu
meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,
tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas
padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin
dalam Sanjaya dkk, 2013). Sedangkan menurut Nursinah dan Taryadi (2009) SRI
adalah budidaya tanaman padi yang dilakukan secara intensif dan efisien dengan
proses menejemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman
dan air. Budidaya padi dengan pola SRI merupakan budidaya yang hemat air,
benih, pupuk organik, sedikit penyiangan, dengan demikian juga akan menghemat
biaya. Melalui sistem SRI, tanaman akan mendapatkan perlakuan, yang baik,
sehingga tanaman bukan hanya bertumbuh produktif tetapi juga memiliki kualitas.
Menurut Nursinah
dan Taryadi (2009) sistem tanam SRI mengupayakan kondisi tanah dalam keadaan
basah, dan tidak usah digenangi air.
Berdasarkan hasil praktek SRI, ternyata tanaman padi sawah bukan tanaman
air, tetapi dalam pertumbuhannya padi membutuhkan air dengan demikian melalui
SRI disarankan padi ditanam pada kondisi tanah yang basah. Tujuan dari tanah
yang tidak digenangi air adalah agar pupuk organik lebih cepat diserap oleh
tanah dan juga untuk menyediakan kadar oksigen lebih banyak di dalam tanah.
Disamping itu tanah yang digenangi air setelah diberi pupuk menyebabkan pupuk yang
seharusnya berfungsi sebagai nutrisi bagi tanah banyak yang larut dan ada yang
hanyut terbawa air, tidak hanya itu, genangan air tenyata membuat tanah
mengalami oksidasi yang bisa menimbulkan zat berbahaya. Hal kedua yang perlu diperhatikan afalah
pengaturan jarak dan jumlah bibit pada satu lubang tanam, apabila pada
pertanian konvensional untuk satu lubang tanam diletakkan 3-5 bibit maka pada
SRI hanya menggunakan satu butir benih setiap lubang tanam. Sedangkan untuk
pengaturan jarak antar lubang bisa mencapai 30 x 30 cm, semakin jauh jarak
antar lubang maka akan semakin baik, karena persediaan oksigen akan semakin
banyak.
1.2
Keuntungan
dari sistem bertani padi organik cara SRI
Keuntungan
dari sistem SRI bila dibandingkan cara biasa menurut Nursinah dan Taryadi
(2009), sebagai berikut:
a. Lebih hemat air, karena tanah tidak lagi
digenagi air. Hal ini sangat membantu
bagi petani di daerah yang lahannya kekurangan air.
b. Lebih
hemat benih, karena dari kebutuhan benih yang tadinya setiap lubang tanam bisa
3-5 bibit maka pada cara SRI yang hanya 1 untuk satu lubang tanam akan
menghemat benih sekitar 17 kg/hektar.
c. Lebih
hemat pupuk organik. Bila pada bertani organik biasa pupuk akan mengalami
penyusutan sehingga diperlukan pupuk
susulan yang banyak. Pada cara SRI pupuk akan lebih mudah diserap oleh tanah
dan kebutuhannya tidak terlalu banyak.
d. Tidak
terlalu sering melakukan penyiangan.
1.3
Hambatan
Penerapan Cara Bertani SRI
Adapun
hambatan-hambatan saat menerapkan SRI menurut Nursinah dan Taryadi (2009),
sebagai berikut :
a. Pada saat musim hujan, benih-benih yang sudah
ditanam umumnya masih sangat rentan dan bila terjadi hujan lebat benih-benih
tersebut di- khawatirkan akan hanyut.
b. Kendala
lain diluar kendala teknis adalah kondisi kemampuan dan pemahaman petani yang
kurang adaptif terhadap inovasi baru.
2.
Sistem
Tanam Jajar Legowo
2.1
Pengenalan Sistem Tanam Jajar Legowo
Menurut
Suhendra (dalam Sanjaya dkk, 2013), sistem tanam jajar legowo merupakan
rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan,
sehingga tidak terjadi pemadatan rumpun di dalam barisan dan memperlebar jarak antar
barisan. Penerapan jajar legowo bertujuan untuk membuat jarak tanam padi
menjadi lebih lebar di beberapa bagian, dengan jarak tanam yang lebar maka
sinar matahari yang ditangkap oleh tanaman akan menjadi lebih banyak. Menurut
Mujisihono et al. dalam Yunizar et al. (dalam Ikhwani dkk, 2013) Sistem tanam
jajar legowo menjadikan semua tanaman atau lebih banyak menjadi tanaman
pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari lebih banyak, sirkulasi
udara yang lebih baik, dan tanaman akan memperoleh unsur hara yang lebih banyak
dibandingkan dengan cara tanam tegel. Populasi yang lebih tinggi pada sistem
tanam jajar legowo memberi peluang untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Selain
itu, Adanya lorong kosong pada sistem jajar legowo mempermudah pemeliharaan
tanaman, seperti pengendalian gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih
mudah.
2.2 Manfaat Sistem Jarwo Bagi tanaman
Menurut
Ikhwani dkk (2013) jarak tanam dan orientasi tanaman di lapang mempengaruhi
enam proses penting, sebagai berikut :
a. penangkapan
radiasi surya oleh tanaman untuk fotosintesis
b. penyerapan
hara oleh akar
c. kebutuhan
air tanaman
d. sirkulasi
CO2 dan O2 hasil fotosintesis
e. ketersediaan
ruang yang menentukan populasi gulma
f.
iklim mikro di bawah kanopi, yang
berpengaruh terhadap perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Selain itu menurut Hasil penelitian jarak
tanam di Indonesia dilaporkan oleh Pratiwi dkk (dalam Ikhwani dkk, 2013)
menyimpulkan bahwa Jarak tanam lebar memberi peluang varietas tanaman
mengekspresikan potensi pertumbuhannya.Semakin rapat populasi tanaman, semakin
sedikit jumlah anakan dan jumlah panjang malai per rumpunnya. Pada populasi
rendah (jarak tanam lebar), keragaan rumpun padi besar, namun per luasannya
hasil dan komponen hasilnya lebih rendah dibandingkan jarak tanam yang lebih
rapat.
1.3
Kelemahan Sistem Tanam Jarwo
Selain memiliki beberapa manfaat, sistem
tanam jajar legowo juga memiliki beberapa kelemahan menurut Ikhwani dkk (2013)
yaitu:
a. Membutuhkan
tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama.
b. Membutuhkan
benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi.
c. Biasanya
pada bagian lahan yang kosong di antara barisan tanaman akan lebih banyak
ditumbuhi rumput
DAFTAR
PUSTAKA
Ikhwani.
Pratiwi, Gagad Restu. Paturrohman, Eman dan Makarim, A.K. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan
Jarak Tanam Jajar Legowo. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 8 (2) : 72-79
Nursinah,
Zunaini dan Taryadi. 2009. Penerapan Sri (System Of Rice Intensification) Sebagai
Alternatif Budidaya Padi Organik. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah Vol. 1 (1)
Sanjaya,
I Putu. Tika, I Wayan. Sumiyati. 2013. Pengaruh
Teknik Budidaya Sri (System Of Rice Intensification) Dan Legowo Terhadap Iklim Mikro Dan
Produktivitas Padi Ketan (Studi Kasus Di Subak Sigaran). Fakultas Teknologi
Pertanian UNUD. Bali