Rabu, 03 Mei 2017

sistem tanam SRI dan Jajar Legowo

PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN
“SITEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN SRI”



Hasil gambar untuk logo fp ub





Oleh :

Nama          : Anis Rohmah
NIM            : 165040101111054
Kelas          : X
Prodi           : Agribisnis
Asisten        : Fajar Maulana



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017


1.    Sistem Tanam SRI
1.1 Pengenalan sistem tanam SRI
System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin dalam Sanjaya dkk, 2013). Sedangkan menurut Nursinah dan Taryadi (2009) SRI adalah budidaya tanaman padi yang dilakukan secara intensif dan efisien dengan proses menejemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Budidaya padi dengan pola SRI merupakan budidaya yang hemat air, benih, pupuk organik, sedikit penyiangan, dengan demikian juga akan menghemat biaya. Melalui sistem SRI, tanaman akan mendapatkan perlakuan, yang baik, sehingga tanaman bukan hanya bertumbuh produktif tetapi juga memiliki kualitas.
Menurut Nursinah dan Taryadi (2009) sistem tanam SRI mengupayakan kondisi tanah dalam keadaan basah, dan tidak usah digenangi air.  Berdasarkan hasil praktek SRI, ternyata tanaman padi sawah bukan tanaman air, tetapi dalam pertumbuhannya padi membutuhkan air dengan demikian melalui SRI disarankan padi ditanam pada kondisi tanah yang basah. Tujuan dari tanah yang tidak digenangi air adalah agar pupuk organik lebih cepat diserap oleh tanah dan juga untuk menyediakan kadar oksigen lebih banyak di dalam tanah. Disamping itu tanah yang digenangi air setelah diberi pupuk menyebabkan pupuk yang seharusnya berfungsi sebagai nutrisi bagi tanah banyak yang larut dan ada yang hanyut terbawa air, tidak hanya itu, genangan air tenyata membuat tanah mengalami oksidasi yang bisa menimbulkan zat berbahaya.   Hal kedua yang perlu diperhatikan afalah pengaturan jarak dan jumlah bibit pada satu lubang tanam, apabila pada pertanian konvensional untuk satu lubang tanam diletakkan 3-5 bibit maka pada SRI hanya menggunakan satu butir benih setiap lubang tanam. Sedangkan untuk pengaturan jarak antar lubang bisa mencapai 30 x 30 cm, semakin jauh jarak antar lubang maka akan semakin baik, karena persediaan oksigen akan semakin banyak.




1.2     Keuntungan dari sistem bertani padi organik cara SRI 
Keuntungan dari sistem SRI bila dibandingkan cara biasa menurut Nursinah dan Taryadi (2009), sebagai berikut:
a.        Lebih hemat air, karena tanah tidak lagi digenagi air. Hal  ini sangat membantu bagi petani di daerah yang lahannya kekurangan air.  
b.      Lebih hemat benih, karena dari kebutuhan benih yang tadinya setiap lubang tanam bisa 3-5 bibit maka pada cara SRI yang hanya 1 untuk satu lubang tanam akan menghemat benih sekitar 17 kg/hektar. 
c.       Lebih hemat pupuk organik. Bila pada bertani organik biasa pupuk akan mengalami penyusutan sehingga diperlukan  pupuk susulan yang banyak. Pada cara SRI pupuk akan lebih mudah diserap oleh tanah dan kebutuhannya tidak terlalu banyak. 
d.      Tidak terlalu sering melakukan penyiangan.
1.3     Hambatan Penerapan Cara Bertani SRI
Adapun hambatan-hambatan saat menerapkan SRI menurut Nursinah dan Taryadi (2009), sebagai berikut :
a.     Pada saat musim hujan, benih-benih yang sudah ditanam umumnya masih sangat rentan dan bila terjadi hujan lebat benih-benih tersebut di- khawatirkan akan hanyut.
b.    Kendala lain diluar kendala teknis adalah kondisi kemampuan dan pemahaman petani yang kurang adaptif terhadap inovasi baru.



2.    Sistem Tanam Jajar Legowo
2.1      Pengenalan Sistem Tanam Jajar Legowo
Menurut Suhendra (dalam Sanjaya dkk, 2013), sistem tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga tidak terjadi pemadatan rumpun di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Penerapan jajar legowo bertujuan untuk membuat jarak tanam padi menjadi lebih lebar di beberapa bagian, dengan jarak tanam yang lebar maka sinar matahari yang ditangkap oleh tanaman akan menjadi lebih banyak. Menurut Mujisihono et al. dalam Yunizar et al. (dalam Ikhwani dkk, 2013) Sistem tanam jajar legowo menjadikan semua tanaman atau lebih banyak menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari lebih banyak, sirkulasi udara yang lebih baik, dan tanaman akan memperoleh unsur hara yang lebih banyak dibandingkan dengan cara tanam tegel. Populasi yang lebih tinggi pada sistem tanam jajar legowo memberi peluang untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Selain itu, Adanya lorong kosong pada sistem jajar legowo mempermudah pemeliharaan tanaman, seperti pengendalian gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
2.2  Manfaat Sistem Jarwo Bagi tanaman
Menurut Ikhwani dkk (2013) jarak tanam dan orientasi tanaman di lapang mempengaruhi enam proses penting, sebagai berikut :
a.       penangkapan radiasi surya oleh tanaman untuk fotosintesis
b.      penyerapan hara oleh akar
c.       kebutuhan air tanaman
d.      sirkulasi CO2 dan O2 hasil fotosintesis
e.       ketersediaan ruang yang menentukan populasi gulma
f.        iklim mikro di bawah kanopi, yang berpengaruh terhadap perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Selain itu menurut Hasil penelitian jarak tanam di Indonesia dilaporkan oleh Pratiwi dkk (dalam Ikhwani dkk, 2013) menyimpulkan bahwa Jarak tanam lebar memberi peluang varietas tanaman mengekspresikan potensi pertumbuhannya.Semakin rapat populasi tanaman, semakin sedikit jumlah anakan dan jumlah panjang malai per rumpunnya. Pada populasi rendah (jarak tanam lebar), keragaan rumpun padi besar, namun per luasannya hasil dan komponen hasilnya lebih rendah dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat.
1.3 Kelemahan Sistem Tanam Jarwo
Selain memiliki beberapa manfaat, sistem tanam jajar legowo juga memiliki beberapa kelemahan menurut Ikhwani dkk (2013) yaitu:
a.       Membutuhkan tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama.
b.      Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi.
c.       Biasanya pada bagian lahan yang kosong di antara barisan tanaman akan lebih banyak ditumbuhi rumput




DAFTAR PUSTAKA
Ikhwani. Pratiwi, Gagad Restu. Paturrohman, Eman dan Makarim, A.K. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 8 (2) : 72-79
Nursinah, Zunaini dan Taryadi. 2009.  Penerapan Sri  (System Of Rice Intensification) Sebagai Alternatif Budidaya Padi Organik. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 1 (1)
Sanjaya, I Putu. Tika, I Wayan. Sumiyati. 2013. Pengaruh Teknik Budidaya Sri (System Of Rice Intensification)  Dan Legowo Terhadap Iklim Mikro Dan Produktivitas Padi Ketan (Studi Kasus Di Subak Sigaran). Fakultas Teknologi Pertanian UNUD. Bali